CVT Indonesia – Toyota ingin mengejar ketertinggalan dalam urusan mobil listrik dengan rencana untuk menciptakakan teknologi baterai solid-state dan bipolar mulai tahun 2027 hingga 2028.
Melansir dari Antara, Yoshinki Konishi, President & Executive Chief Engineer Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing menargetkan bipolar mulai tahun 2027 atau 2028, setahun kemudian baru solid-state.
“Dibandingkan dengan teknologi baterai sekarang, sangat jauh perbedaan peningkatannya, waktu pengisian lebih ringkas, dan jangkauan jarak tempuhnya juga lebih jauh,” papar Konishi.
Konishi mengklaim bahwa dengan teknologi yang disiapkan oleh Toyota akan memotong durasi pengecasan dengan sangat jauh, yakni hanya dalam waktu kurang dari 10 menit bisa terisi penuh 100 persen.
Uniknya, Konishi menjelaskan bahwa teknologi ini tidak hanya berfokus untuk Battery Electric Vehicle (BEV), namun juga akan diaplikasikan untuk Plug-in Hybrid EV (PHEV) dan Hybrid EV (HEV).
“Saya pikir baterai solid-state adalah game changer untuk masa depan. Struktur bipolar lebih baik dari monopolar, jarak tempuh, waktu pengisian lebih baik, dan secara biaya jauh lebih murah dari solid-state,” tambah Konishi.
BACA JUGA: Uji Langsung Mazda CX-60: Manifestasi Jinba-Ittai Yang Sempurna
Meskipun baterai solid-state dapat mengubah industri kendaraan listrik di masa depan, namun Konishi mengakui hal ini masih sulit karena biaya yang masih sangat mahal.
Maka dari itu Konishi mengatakan bahwa baterai bipolar akan dirilis terlebih dahulu karena membutuhkan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan baterai solid-state.
Berbicara tentang baterai bipolar, jenis baterai ini memiliki kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan monopolar konvensional. Outputnya, daya dan jarak tempuh akan lebih jauh untuk kendaraan listrik.
Lebih dari itu, model baterai bipolar juga menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi dengan durasi pengecasan lebih cepat. Karena kepadatannya yang tinggi, betuk baterai bisa dibuat lebih kompak dan lebih ringan.
Dengan pertimbangan biaya produksi dan komponen yang lebih efisien dan berujug pada potensi penghematan biaya manufaktur, baterai bipolar lebih memungkinkan untuk diadopsi secara massal.
BACA SELANJUTNYA: Chery Lebarkan Sayap, Buka Diler Di Kota Bandung